Minggu, 16 Desember 2012

Nomor Klasifikasi dan Siklus Hidup Manusia, apa hubungannya?

Pengais Ilmu dan penulis ulung kembali lagi setelah lama aku vakum lantaran tidak dikejar deadline tugas IDKS. Mata kuliah IDKS lah yang mengajarkanku untuk terbiasa menulis di blog. Meninggalkan semester empat sama halnya aku meninggalkan mata kuliah Informasi Dalam Konteks Sosial (IDKS) secara kasat mata, namun secara kelimuan masih berkaitan dan berkesinambungan dengan mata kuliah lain pastinya. Jadi dari segi kelimuan tetap ada beberapa hal yang terekam dalam memori otak.. Dan selanjutnya menginjak ke semester lima ini, semester yang penuh kegalauan kalau anak gaul sekarang.. lantaran harus mengajukan judul, menunggu judul diacc, mengajukan lagi, konsultasi lagi. Tetap Semangat J, tantangan yang lebih besar masih menunggu di depan langkah kita.

Dan aku berusaha untuk menyempatakan berbagi dengan teman-teman mengenai makna nomor klasifikasi. Check this out!

Salah satu mata kuliah favoritku KLASIFIKASI pun aku tinggalkan. Meskipun sudah tidak ketemu dengan mata kuliah KLASIFIKASI dalam perkuliahan, namun di dalam lapangan kita takkan bisa terpisah dengan satu hal ini. Dan sampai sekarangpun klasifikasi tetap di hati dan pikiranku. ^_^

Hem, kalo dulu pernah aku sempat singgung sedikit tentang DEWEY, ingat kan?  Ingat dong.... nah di sini aku pengin berbagi mengenai nomor kelas yang ditemukan oleh DEWEY. Sempat aku membaca sebuah artikel dalam sebuah majalah Perpustakaan, seorang Ibu menuliskan karyanya bahwa penomoran yang ditemukan oleh Dewey dari 000 sampai 900 di dalamnya tersirat makna siklus hidup manusia sejak awal mula kelahiran hingga meninggal. Saat aku membaca, tercenganglah aku dibuatnya. Tak pernah terlintas dalam pemikiran aku mengenai hal ini, yang dapat memudahkan dalam hal memahami penomoran secara umum. Ibu HEBAT. Membuat aku tersadar, alangkah indahnya ketika kita mampu memahami keilmuan secara mendalam. Baik, aku telaah satu persatu dengan gaya bahasa aku sendiri hasil penangkapan dari membaca artikel Bu Dia Kirana.

Sabtu, 26 Mei 2012

DDC oh... DDC


Balik lagi niiih,, penulis ulung yang suka ngomongin tokoh-tokoh berpengaruh dalam bidang pusdokinfo lewat tulisan.. lebih tepatnya di bidang perpustakaan... sekarang edisi tokoh manca (kaya musik aja.. ada manca ada indo). Kalau kemarin tokoh Indonesia kita pernah bicarain Pak Agung, tokoh Manca ada Charles Ammi Cutter, nah sekarang saatnya membicarakan Dewey.. apa yang terlintas dalam pikiran teman-teman dari jurusan ilmu perpustakaan ketika berbicara Dewey??. ‘KLASIFIKASI yang merumitkan, menyenangkan, memusingkan, melelahkan”.. itu bisikan dalam hatiku, entah bagaimana dengan teman-teman lainnya. Banyak kenangan dengan sesuatu yang berkaitan dengan klasifikasi, susah senangnya selama kuliah ini baik menggunakan Dewey Decimal Classification (DDC) dengan IV jilidnya yang setiap jilidnya tebal-tebal maupun menggunakan DCC edisi ringkasnya yang sama-sama berkesan. ini nih pedoman yang anak Perpustakaan gunakan 

Saya mengenal mata kuliah ini sejak semester 3 di bangku kuliah, karena memang ada mata kuliah dasar-dasar klasifikasi dalam kurikulum. Namun, mengenal tokoh penemu DDC ini baru-baru ini saja karena tergerak untuk mengetahui tokoh-tokoh sejarah yang berjasa dalam kemajuan Ilmu Perpustakaan. Langsung saja yaaa.........
Dari hasil saya berselancar di dunia internet, ternyata nama panjangnya Melville Louis Kossuth Dewey. Beliau lahir pada 10 Desember 1851 dan meninggal pada tanggal 26 Desember 1931, jadi umur genetis beliau 80 tahun namun kontribusi beliau sampai sekarang masih kita nikmati.. Kalau dalam Agama Islam kita sebut sebagai amal jariyah, di mana pahalanya mengalir terus tiada henti. Subhanallah yaa..beliau lahir dari kalangan keluarga yang kurang berada, dan tinggal di sebuah kota dekat New York. Dari nama yang panjang itu, Ia menghilangkan nama tengahnya, memotong nama depannya menjadi Melvil dan bahkan dalam waktu dekat itu, nama belakangnya disingkat menjadi Dui. Beliau adalah penemu Sistem DDC, nama sistem klasifikasi yang diambil dari nama terakhirnya ditemukan ketika baliau masih berumur 21 tahun dan masih bekerja sebagai asisten di perpustakaan perguruan tinggi Amherst. Beliau merupakan revolusioner dalam Ilmu Perpustakaan dan mengatur gerakan di era baru dari Keperpustakaan. Melvil Dewey pantas mendapat julukan sebagai Bapak  Modern Perpustakaan. Banyak sebutan yang dicurahkan kepada Dewey. Dalam sumber lain, dijelaskan bahwa Dewey merupakan salah satu pioner ALA dan tokoh yang berpengaruh terhadap perkembangan perpustakan-perpustakaan di Amerika pada awal abad 20.

Selasa, 15 Mei 2012

Yang Pertama, Berkesan: Ammi Cutter

 
Hemm.. to the point aja yaaa..bagaimana sih perasaan kalian, ketika menjalankan sesuatu yang tidak sesuai dengan hati kalian? Tidak pas dengan keinginan kalian? Tidak kalian tahu, kalian suka, kalian kenal???
Bagaimana jika sudah terlanjur menjalankan itu? Apakah akan berhenti meninggalkan yang tidak kalian sukai itu? Atau berusaha menjalani itu semua, mengingat ada pepatah “witing tresno jalaran soko kulino” ketika mencoba menjalani secara berulang kali akan menumbuhkan kesukaan?
Setiap pribadi memiliki pendapat yang berbeda-beda dengan sudut pandangnya masing-masing.
Sebentar... ini sebenarnya mempermasalahkan apa yaa?...
Tulisan ini akan membicarakan jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi (selanjutnya kita sebut IPI), ketika banyak mahasiswa yang ternyata memilih jurusan IPI atas dasar keterpaksaan.. bukan pilihan utama dan tujuan utama. Seperti halnya saya, yang masuk di jurusan IPI bukan karena pengetahuan tentang ilmu perpustakaan dan terkaget-kaget ketika mengetahui kurikulum pembelajarannya...... “haaaa..gak ada hitung-hitungannya???, semuanya baruu.” Udah rasanya ingin transfer jurusan tapi apa daya..

Kamis, 29 Maret 2012

TULUS, ISTIQOMAH.. itulah PUSTAKAWAN SEJATI.


Hari ini seolah-olah memang Allah sudah menuntun kaki saya untuk bisa bertemu dengan salah satu inspirator saya. Insipator penyebar ilmu, pengetahuan, informasi, pembuka literasi masyarakat yang tadinya merupakan masyarakat illaterate. Pertemuan yang tak terencana dengan beliau, Bapak Agung. Beliau adalah salah satu guru di SD Widosari dekat Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Guru di mata pelajaran komputer dan membantu di perpustakaan SD tersebut. Dengan gaya yang rendah hati, beliau menceritakan sedikit pengalaman hidup semasa masih menjadi mahasiswa dan itu mampu membuat saya, Diah dan Ikhsan tercengang dan kagum, subhanallah. Sarjana pendidikan Agama adalah title yang beliau dapatkan setelah menempuh jalur pendidikan di UMY. Namun tidak untuk saya, beliau adalah penyebar ilmu yang tak kenal lelah dan arah. Dengan jujur, beliau bercerita bahwa semasa kuliah mendapatkan beasiswa kurang mampu, dan menjadi loper koran untuk sedikit mencukupi kebutuhannya. Ini memang biasa tapi yang luar biasa adalah beliau membayar koran-koran sisa dari penjualannya bahkan beliau sempat meminjam uang kesana kemari hanya untuk membeli koran itu dan mengumpulkannya. Bukankah dengan begitu beliau belum berhasil sedikit mencukupi kebutuhannya?, tapi ternyata ilmu juga merupakan kebutuhannya yang membawa beliau menjadi orang yang subhanallah luar biasa hingga sekarang ini. Semua itu beliau lakukan bukan tanpa tujuan, namun ada tujuan jangka panjang yang hendak beliau capai.

Selasa, 06 Maret 2012

BUKU selalu menjadi benda berharga


Tahukah kamu siapa pacar pertama Bung Hatta?
Mohammad Hatta adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.. Hatta adalah sosok yang kalem, necis, pemikir serius, sederhana, berketetapan hati tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka.

Namun yang saya bahas di sini adalah pacar pertama Bung Hatta. Ketika saya membaca salah satu judul bab pada buku “Bung HATTA: Si Bung yang Jujur dan Sederhana” karya Adhe Firmansyah yaitu Pacar Pertama Si Bung sedikit menggelitik saya dan membuat saya penasaran. Tahukah apa yang saya dapatkan ketika membaca paragraf pertama dari bab ini?.. sebuah kekaguman yang luar biasa. Mohammad Hatta adalah sosok yang jauh dari kemewahan dan kegairahan atau perempuan. Kekasihnya adalah BUKU, BUKU, BUKU. Hingga muncul anekdot bahwa istri utama Hatta sesungguhnya adalah BUKU, istri keduanya adalah BUKU dan istri yang ketiga barulah Rahmi. Sungguh mengagumkan bukan? (DI TINGKAT BERAPA KITA MELETAKKAN BUKU SEBAGAI SESUATU YANG KITA CINTAI??)


Kamis, 23 Februari 2012

Belajarlah dari Tokoh Sejarah, maka kau bisa menjadi orang yang bijak


Tahukah kamu siapa pelopor Fotografi di Indonesia???

                Mengetahui sejarah atau asal usul munculnya sesuatu yang kita sukai itu sangat menarik. Sehingga kita dapat mengambil alasan dan mempunyai pendirian kenapa kita bisa menyukai sesuatu hal itu. Setidaknya mengetahui rumusan 5W+1H (Who, When, What, Why, Where, How). Seperti pelajaran bahasa Indonesia yang kita dapat sejak bangku sekolah dasar.
sumber  foto dari wikipedia
              Di sini saya membahas sedikit tentang pelopor fotografi di Indonesia. Dalam dunia fotografi mungkin sedikit sekali yang mengenal Kasajian Cephas, yang biasa akrab dipanggil dengan Cephas. Dia adalah orang Jawa yang merupakan ahli fotografi dan pelopor di Indonesia. Cephas lahir 15 Februari 1844 dari pasangan Kartodrono dan Minah. Sebenarnya nama aslinya adalah Kasijan namun pada umur 16 tahun dia masuk Kristen Protestan dan dibaptis oleh seorang pendeta sehingga namanya menjadi baptis Cephas, yang diambil dari bahasa Semit sama artinya dengan Petrus.
             Awalnya Cephas hanya seorang yang membantu alsaac Groneman. Cephas membantu dalam membuat foto-foto yang akan dimuat di buku karyua Beliau. Cephas mengawali karirnya sendiri dengan menjadi juru foto resmi di Istana. Sejak 1875, ia mulai membuat foto di atas lempengan kaca yang menggambarkan keluarga dan suasana kesultanan Yogyakarta. Sepuluh tahun kemudian, 1885 ia mulai aktif bergabung dengan perhimpunan Ilmu-Ilmu Purbakala, Geografi, Etnografi, untuk melakukan kegiatan dokumentasi..
Saat ia berusia 68 tahun, Cephas menghembuskan nafas terakhirnya di Yogyakarta. Tidak begitu dijelaskan secara lengkap tanggalnya. Bersamaan berita kematiaanya, diberitakan Cephas mempunyai guru dalam bidang fotografinya. Dia belajar fotografi kepada seseorang yang bernama Simon Willem Camerik. tidak begitu dijelaskan denmgan lengkap juga siapa Simon Willem Camerik itu.


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India